SELAMAT DATANG DI BLOG PERHIMPUNAN JURNALIS AJATAPPARENG (PIJAR). DAPATKAN BERITA AKTUAL SEPUTAR AJATAPPARENG DI BLOG INI. KARYA ANDA JUGA DAPAT DIMUAT, SILAHKAN KIRIM KE E-MAIL pijarcomunity@gmail.com TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN DAN PARTISIPASI ANDA

Senin, 07 April 2008

Matinya Si"Anak Tikus" Di tengah Lumpung Padi


Feature Oleh: Darwiaty

PINRANG---Ironis memang. Diantara sejumlah penghargaan yang berhasil diraih pemerintah Kabupaten Pinrang utamanya di bidang swasembada pangan, masih saja ada bayi dan balita yang meninggal. Ironisnya, kematian tersebut disebabkan oleh penyakit busung lapar. Penyakit yang diawali kekurangan gizi sehingga menyebabkan terjadinya zigi buruk dan berakhir pada kematian lantaran terkena busung lapar, dalam tiga bulan terakhir menjadi trend di bumi Lasinrang yang dikenal sebagai salah satu lumbung pangan di wilayah Sulawesi. Adanya korban busung lapar hyang meninggal, menjadi tamparan tersendiri bagi pemerintah setempat sebagai pemacu membuka mata agar lebih memperhatikan masyarakatnya utamanya yang hidup dibawah garis kemiskinan.



Tahun ini menjadi tahun duka bagi empat keluarga yang bermukim di empat kecamatan yang berbeda di Kabupaten. Anak mereka yang diharapkan bisa menjadi generasi penerus, harus direlakan terbalut kafan berselimut tanah pekuburan. Penyebanya hanya karena penyakit yang bernama busung lapar.

Pemerintah Kabupaten Pinrang sempat panik ketika media beramai-ramai memberitakan temuan korban meninggal akibat gizi buruk di Desa Lero, Kecamatan Suppa pada bulan Februari silam. Pasalnya, kematian balita Aswadi yang berusia dua tahun tersebut baru diketahui pihak pemerintah setempat setelah tersiar melalui media. Bupati Pinrang Drs H Andi Nawir MP mengaku kebablasan. Bablasnya kematian korban busung lapar tersebut diduga akibat kurang tanggapnya petugas kesehatan. "Saya sudah memerintahkan seluruh aparat terkait untuk segera melakukan pengecekan korban busung lapar yang meninggal. Kita akan segera melakukan antisipasi dan pencegahan," katanya.

Nahira, ibu salah satu korban busung lapar yang anaknya meninggal pada awal bulan Maret lalu mengaku tidak bisa memenuhi kebutuhan gizi anaknya karena tidak ada biaya. Tidak tetapnya pekerjaan sang suami menyebabkan asap dapur mereka terkadang tak mengepul. "Anak saya juga mendertia tumor di perut. Tidak kami bawa berobat karena tidak ada biaya," katanya lirih.

Kendati pasca bermunculannya korban gizi buruk dan busung lapar, pemerintah setempat mengeluarkan kebijakan penggratisan biaya pengobatan bagi penderita yang di rawat di RSU Lasinrang, namun hampir semua keluarga korban menolak berlama-lama merawat anaknya di rumah sakit. Alasannya, lagi-lagi tidak ada biaya untuk transpor. Mereka memilik merawat anaknya di rumah saja sehingga biaya transpor bisa digunakan untuk membeli beras dan kebutuhan dapur lainnya. "Untuk makan saja kami sudah kesulitan apalagi untuk ongkos bolak-balik ke rumah. Sementara keluarga kami yang lain juga butuh makan. Hidup kami memang serba kesulitan," kata Nahira, yang juga ibu dari korban busung lapar yang meninggal di Lero beberapa bulan lalu.

Ibarat anak tikus yang mati di tengah lumbung padi, begitulah kira-kira gambaran bayi dan balita di Kabupaten Pinrang yang berasal dari keluarga miskin, yang meninggal akibat busung lapar, meski pihak Dinas Kesehatan Pinrang berkelik kematian tersebut juga disebabkan adanya penyakit penyerta yang diderita korban. Semakin melambungnya harga barang dan sempitnya lapangan pekerjaan, semakin memperburuk kondisi prekonomian mereka. Mereka berharap, jika pemerintah nantinya memberi bantuan makanan, hendaklan betul-betul tepat sasaran sehingga tak ada lagi kematian karena busung lapar.