SELAMAT DATANG DI BLOG PERHIMPUNAN JURNALIS AJATAPPARENG (PIJAR). DAPATKAN BERITA AKTUAL SEPUTAR AJATAPPARENG DI BLOG INI. KARYA ANDA JUGA DAPAT DIMUAT, SILAHKAN KIRIM KE E-MAIL pijarcomunity@gmail.com TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN DAN PARTISIPASI ANDA

Minggu, 24 Februari 2008

Dinas Kehutanan Sidrap Sita Ratusan Batang Kayu Ilegal


Laporan: Alfiansyah Anwar

SIDRAP---Ratusan batang kayu ilegal disita Dinas Kehutanan Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan. Selain berbentuk gelondongan, kayu sitaan tersebut sudah ada yang diolah menjadi papan sepanjang 16 meter.

Kayu sitaan ini disimpan di Kantor Dinas Kehutanan Sidrap. Penyitaan kayu ini dilakukan aparat Dinas Kehutanan bekerjasama dengan Pihak Kepolisian dan TNI sepanjang November 2007 hingga Februari 2008 ini.



Kepala Seksi Perlindungan dan Pengamanan Hutan Dinas Kehutanan Sidrap, Zainuddin Sutte, mengatakan, kayu tersebut disita di wilayah Desa Betao Riase dan Leppangang, Kecamatan Pitu Riase.

“Selain kayu tersebut, saat ini masih ada sekitar 70 batang kayu gelondongan sementara ditarik petugas dari areal kawasan hutan lindung,” kata Zainuddin kepada Media Indonesia melalui telepon, Minggu (24/2).

Menurut Zainuddin, penebangan liar di wilayah Betao riase saat ini marak dilakukan oleh warga. Kayu tebangan tersebut diduga akan dijual ke cukong untuk dijadikan bahan baku pembuatan tripleks di luar Kabupaten Sidrap.

Meski begitu, Dinas Kehutanan Sidrap belum bisa memberikan data berapa luas areal hutan ang rusak akibat pembalakan liar. Soalnya, penebangan kayu itu dilakukan secara berpindah-pindah di areal hutan lindung.

“Kami belum memiliki data soal berapa kerusakan hutan Yang jelas, dalam satu hektar hutan bisa ditanami kayu sebanyak seribu pohon,” ungkap Zainuddin.

Akibat pembalakan liar ini, sejumlah warga yang diduga terlibat dalam kasus penebangan tersebut sudah diperiksa pihak Kepolisian Resort Sidrap. Bahkan sudah ada yang dijadikan tersangka. Pihak kepolisian pun kini masih memburu otak pelaku pembabatan hutan secara liar tersebut.

Selengkapnya »»

Wanita-wanita Perkasa

Berita Feature Oleh : Abdillah

PAREPARE---Sore itu mentari sudah terlihat makin meredup, melintaslah seorang sosok wanita paruh baya dengan berpakaian lusuh, raut wajahnya mulai terlihat keriput karena termakan oleh usia. Wanita itu sementara mendorong gerobak tua yang hampir reok. Di atas gerobaknaya terlihat jajanan singkong goreng yang tersusun rapih. Mungkin bisa dibayangkan berapa berat beban yang harus didorong dan seberapa lihai wanita paruh baya ini untuk mengatur keseimbangan gerobaknya yang akan diantar ke tempat tujuan yang biasanya ia tempati berjualan.



Saripah namanya (50th), ibu dua orang anak ini tak pernah membayangkan menjadi seorang penjual singkong goreng di pasar senggol yang terletak di pelataran pantai Parepare, Sulawesi Selatan, di benaknya hanya ada satu harapan, yaitu bisa membawa keuntungan dari hasil berjualan singkong goreng tersebut untuk menghidupi kedua anaknya, ia rela melawan dinginnya hembusan angin pantai yang terkadang tidak bersahabat.

Sore sudah berganti malam, Saripah kala itu terlihat begitu ramah menyapa setiap pejalan kaki yang kebetulan melintas di depan gerobak tua miliknya sambil tersenyum. "Mari Pak, mari Bu, singgah singkonya masih hangat nih," begitu ramah ia menyapa.

Saripah selalu berharap dapat meraup keuntungan demi untuk menghidupi keluarganya. Penghasilan yang didapatkan dari hasil berjualan ini, biasanya tak menentu, bahkan wanita paruh baya ini terkadang tak mendapatkan apa apa.

Setelah suami tercintanya meninggal dunia, Saripah terpaksa harus menjalani peran pengganti sebagai tulang punggung keluarga. Meskipun terasa berat untuk menjalaninya, tetapi di hati Wanita ini masih ada kebahagiaan yang ia rasakan di saat ia pulang membawa sedikit keuntungan untuk makan dan biaya sekolah untuk kedua anaknya.

"Beginimi pekerjaan saya, saya ikhlas mengerjakan semuanya demi untuk menghidupi keluarga saya, yang penting halal, apalagi sepeninggal suami saya, terpaksa saya harus mengerjakan semua ini dengan ikhlas," ungkap Saripah dengan dialeg Bugisnya yang masih kental.

Malam semakin larut, saat itu almanak sudah menunjukkan pukul dua. Saripah kembali membereskan gerobak tua miliknya untuk bergegas pulang. Ia sedikit bisa tersenyum karena pembeli yang singgah di tempatnya memang lumayan banyak. Tak hentinya ia berucap syukur atas rezeki yang didapatkannya. "Alhamdullilah Nak, pembeli hari ini lumayan, meskipun untung yang saya dapatkan tidak begitu banyak, tapi ini saya rasa sudah cukup untuk membeli seliter beras, lauk pauk dan uang jajan anak saya ke sekolah," ujar Saripah.

Di tengah himpitan ekonomi yang Saripah hadapi, ia masih terlihat begitu tegar menjalaninya. Inilah potret kehidupan seorang wanita-wanita perkasa yang tak gentar menghadapi sulitnya hidup dan kehiduapan. Hidup memang sudah rumit, janganlah dibuat sulit........

Selengkapnya »»

Korban Angin Ribut Parepare Masih Menunggu Bantuan


Laporan : Alfiansyah Anwar

PAREPARE---Angin ribut kembali merusak sedikitnya 26 rumah warga di Kecamatan Soreang, Kota Parepare, Provinsi Sulawesi Selatan. Dua diantaranya rusak parah dalam peristiwa yang terjadi pada Kamis, (21/2) siang tersebut. Hingga kini, Minggu (24/2), korban bencana belum mendapat bantuan uang tunai untuk membeli bahan material seperti seng dan balok kayu.



Umumnya, kerusakan akibat angin ribut ini terjadi pada atap dan dinding rumah warga. Beruntung tak ada korban jiwa dan luka-luka dalam peristiwa ini.

Angin yang bertiup kencang sekitar 15 menit tersebut menerbangkan atap seng rumah. Bahkan sebagian rumah warga mengalami kerusakan pada dinding.

Dua rumah warga di Soreang rusak parah yakni milik Daeng Lantong dan Amran. Kedua pemilik rumah tersebut sama sekali belum membenahi atap rumahnya karena ketiadaan biaya.

“Kami belum punya dana untuk memperbaiki atap seng yang rusak diterjang angin. Padahal saat ini hujan masih sering turun. Perabotan rumah sebagian juga sudah rusak kena air hujan. Kami berharap ada bantuan dari pemerintah,” kata Amran kepada Metro Tv, Minggu, (24/2).

Amran yang sehari-harinya bekerja serabutan seperti tukang ojek ini mengaku sudah mendapat bantuan berupa kebutuhan pokok seperti beras, minyak goreng dan ikan kaleng. “Selain sembako, kami juga membutuhkan uluran tangan dari pemerintah berupa bahan material seperti seng, balok dan paku,” ujar Amran.

Korban lainnya, Hasnia (40 tahun) mengaku sudah mendapat bantuan dari berupa uang tunai sebesar Rp250 Ribu dari salah satu partai politik di Kota Parepare. “Alhamdulillah saya sudah dapat bantuan untuk memperbaiki atap seng yang rusak diterpa angin,” ujar Hasnia.

Dalam dua pekan ini, setidaknya sudah dua kali angin kencang menerjang Kota Parepare. Sebelumnya, angin kencang juga merusak 18 rumah warga.

Selengkapnya »»