SELAMAT DATANG DI BLOG PERHIMPUNAN JURNALIS AJATAPPARENG (PIJAR). DAPATKAN BERITA AKTUAL SEPUTAR AJATAPPARENG DI BLOG INI. KARYA ANDA JUGA DAPAT DIMUAT, SILAHKAN KIRIM KE E-MAIL pijarcomunity@gmail.com TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN DAN PARTISIPASI ANDA

Minggu, 24 Februari 2008

Wanita-wanita Perkasa

Berita Feature Oleh : Abdillah

PAREPARE---Sore itu mentari sudah terlihat makin meredup, melintaslah seorang sosok wanita paruh baya dengan berpakaian lusuh, raut wajahnya mulai terlihat keriput karena termakan oleh usia. Wanita itu sementara mendorong gerobak tua yang hampir reok. Di atas gerobaknaya terlihat jajanan singkong goreng yang tersusun rapih. Mungkin bisa dibayangkan berapa berat beban yang harus didorong dan seberapa lihai wanita paruh baya ini untuk mengatur keseimbangan gerobaknya yang akan diantar ke tempat tujuan yang biasanya ia tempati berjualan.



Saripah namanya (50th), ibu dua orang anak ini tak pernah membayangkan menjadi seorang penjual singkong goreng di pasar senggol yang terletak di pelataran pantai Parepare, Sulawesi Selatan, di benaknya hanya ada satu harapan, yaitu bisa membawa keuntungan dari hasil berjualan singkong goreng tersebut untuk menghidupi kedua anaknya, ia rela melawan dinginnya hembusan angin pantai yang terkadang tidak bersahabat.

Sore sudah berganti malam, Saripah kala itu terlihat begitu ramah menyapa setiap pejalan kaki yang kebetulan melintas di depan gerobak tua miliknya sambil tersenyum. "Mari Pak, mari Bu, singgah singkonya masih hangat nih," begitu ramah ia menyapa.

Saripah selalu berharap dapat meraup keuntungan demi untuk menghidupi keluarganya. Penghasilan yang didapatkan dari hasil berjualan ini, biasanya tak menentu, bahkan wanita paruh baya ini terkadang tak mendapatkan apa apa.

Setelah suami tercintanya meninggal dunia, Saripah terpaksa harus menjalani peran pengganti sebagai tulang punggung keluarga. Meskipun terasa berat untuk menjalaninya, tetapi di hati Wanita ini masih ada kebahagiaan yang ia rasakan di saat ia pulang membawa sedikit keuntungan untuk makan dan biaya sekolah untuk kedua anaknya.

"Beginimi pekerjaan saya, saya ikhlas mengerjakan semuanya demi untuk menghidupi keluarga saya, yang penting halal, apalagi sepeninggal suami saya, terpaksa saya harus mengerjakan semua ini dengan ikhlas," ungkap Saripah dengan dialeg Bugisnya yang masih kental.

Malam semakin larut, saat itu almanak sudah menunjukkan pukul dua. Saripah kembali membereskan gerobak tua miliknya untuk bergegas pulang. Ia sedikit bisa tersenyum karena pembeli yang singgah di tempatnya memang lumayan banyak. Tak hentinya ia berucap syukur atas rezeki yang didapatkannya. "Alhamdullilah Nak, pembeli hari ini lumayan, meskipun untung yang saya dapatkan tidak begitu banyak, tapi ini saya rasa sudah cukup untuk membeli seliter beras, lauk pauk dan uang jajan anak saya ke sekolah," ujar Saripah.

Di tengah himpitan ekonomi yang Saripah hadapi, ia masih terlihat begitu tegar menjalaninya. Inilah potret kehidupan seorang wanita-wanita perkasa yang tak gentar menghadapi sulitnya hidup dan kehiduapan. Hidup memang sudah rumit, janganlah dibuat sulit........